Wednesday, October 26, 2016

batam semakin mencekam

Sepenggal cerita dari sahabat.

JANGAN DATANG KE BATAM !

Judul di atas saya sampaikan kepada sahabat lama di kampung yg ingin mengadu nasib ke Kota ini.

Asbabnya karena semua warganya sedang gelisah,

Gelisah tentang jenis mafianya yg lengkap dari teri sampai kakap, tentang kenaikan tarif dasar listrik yg sepertinya sebentar lagi akan disetujui dprd provinsi, tentang kenaikan tarif uwto yang menggemparkan para elit, tentang reklamasi kian membabi buta, tentang naiknya tarif parkir tanpa tersistem, tentang buruknya pelayanan air pihak swasta, tentang tanah yang hanya hak guna bukan hak milik, tentang ribuan antrian pencari kerja, tentang pungli di hampir setiap instansi pemerintahan, tentang imigran ilegal yang camping tanpa henti depan imigrasi, tentang FTZ yang diubah jadi KEK, tentang polemik wagub provinsinya, tentang warga yang tergusur dari rumahnya sendiri, tentang maraknya pembangunan ilegal berdiri kokoh, tentang kecelakaan yang hampir terjadi setiap hari, tentang maling dan begal yang berkeliaran setiap malam,  tentang pembunuhan yang semakin mudah dilakukan dan pada akhirnya tentang masa depan Batam menjadi kota mati.

Kota ini sedang krisis saudaraku.. Krisis kebijakan. Semuanya teriak mengkritik bahkan kadang mencaci dan mengumpat, setiap hari panas saja rasanya.

Ya, jangan datang ke Batam, saat ini pulau yg berhadapan langsung dengan Singapura ini lebih kejam daripada Ibukota.

Pulau ini hanya butuh seorang solidarity maker sejati, yang mampu menghimpun riak-riak kecil yg tersebar, menjadi sebuah ombak besar tsunami. Sebentar lagi.. Mungkin. Jika riak-riak kecil yang banyak tadi sadar bahwa mereka akan kuat hanya jika menyatu menggelombang.
sumber; wb


inilah potret pengangguran di batam kawan. .. 
ini bukan lah menonton konser atau semacamnya,  melainkan pencaker yang butuh hidup.. 

No comments:

Post a Comment